A.
Sejarah AI (Artificial Intelligent)
Artificial intelligence merupakan inovasi baru di bidang ilmu
pengetahuan. Mulai ada sejak muncul komputer modern, yakni pada 1940 dan 1950.
Ilmu pengetahuan komputer ini khusus ditujukan dalam perancangan otomatisasi
tingkah laku cerdas dalam sistem kecerdasan komputer.
Pada awalnya, kecerdasan buatan hanya ada di universitas-universitas dan
laboratorium penelitian, serta hanya sedikit produk yang dihasilkan dan
dikembangkan. Menjelang akhir 1970-an dan 1980-an, mulai dikembangkan secara
penuh dan hasilnya berangsur-angsur dipublikasikan di khalayak umum.
Permasalahan di dalam kecerdasan buatan akan selalu bertambah dan berkembang
seiring dengan laju perkembangan zaman menuju arah globalisasi dalam setiap
aspek kehidupan manusia, yang membawa persoalan-persoalan yang semakin beragam
pula.
Program kecerdasan buatan lebih sederhana dalam pengoperasiannya, sehingga
banyak membantu pemakai. Program konvensional dijalankan secara prosedural dan
kaku, rangkaian tahap solusinya sudah didefinisikan secara tepat oleh
pemrogramnya. Sebaliknya, pada program kecerdasan buatan untuk mendapatkan
solusi yang memuaskan dilakukan pendekatan trial and error, mirip seperti apa
yang dilakukan oleh manusia.
Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang profesor dari
Massachusetts institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun
1965 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti AI. Pada
konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan,
yaitu : mengetahui dan memodelkan proses-proses berfikir manusia dan
mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut.
Beberapa program AI yang mulai
dibuat pada tahun 1956-1966, antara lain:
1.
Logic Theorist, diperkenalkan pada Dartmouth Conference,
program ini dapat membuktikan teorema-teorema matematika.
2.
Sad Sam, diprogram oleh Robert K. Lindsay (1960).
Program ini dapat mengetahui kalimat-kalimat sederhana yang ditulis dalam
bahasa inggris dan mampu memberikan jawaban dari fakta-fakta yang didengar
dalam sebuah percakapan.
3.
ELIZA, diprogram oleh Joseph Weinzenbaum (1967).
Program ini mampu melakukan terapi terhadap pasien dengan memberikan beberapa
pertanyaan.
B. Hubungan Artificial
Intelligence dan Kognisi Manusia
Artificial intelligence adalah salah satu bagian ilmu komputer yang
membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang
dilakukan oleh manusia. Kecerdasan buatan juga merupakan suatu sistem informasi
yang berhubungan dengan penangkapan, pemodelan dan penyimpanan kecerdasan
manusia dalam sebuah sistem teknologi informasi sehingga sistem tersebut
memiliki kecerdasan seperti yang dimiliki manusia. Sistem ini dikembangkan
untuk mengembangkan metode dan sistem untuk menyelesaikan masalah, biasanya
diselesaikan melalui aktifivitas intelektual manusia, misal pengolahan citra,
perencanaan, peramalan dan lain-lain, meningkatkan kinerja sistem informasi
yang berbasis komputer.
Artificial intelligence merupakan suatu sistem yang membuat mesin
secerdas manusia. Untuk itu, sistem ini harus berpedoman pada sistem kognisi
manusia, yaitu cara berfikir manusia, cara manusia bernalar, mengenali suatu
stimulus, memecahkan masalah, mengingat, dan mengambil keputusan serta merespon
dan bertindak. Dengan demikian para peneliti ilmu ini dapat membuat suatu
sistem, aplikasi, atau program yang dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan manusia
dengan lebih baik, menggunakan perangkat mesin yang canggih untuk mempermudah
pekerjaan manusia dikehidupan nyata.
Kecerdasan memang terlihat dalam setiap bentuk aktivitas manusia kemampuan
untuk beradaptasi, memelajari keterampilan baru, membentuk hubungan yang
kompleks dan bermasyarakat. Kita bisa mengatakan bahwa aspek-aspek dalam hidup
dan perilaku ini dapat dipakai untuk melengkapi fakta bahwa kita sadar (conscious).
Sayangnya tidak ada kesepakatan eksak tentang
apa itu kesadaran (consciousness). Kebanyakan
dari kita menerjemahkan kata kesadaran ini dalam format yang lebih familiar
dengan kata kognisi (cognition), yaitu sejenis kesadaran
tentang diri, tentang interaksi dengan dunia luar, tentang bagaimana proses
berpikir terjadi dan kemampuan kita untuk paling tidak mengendalikan
secara parsial proses-proses ini. Kita coba mengasosiasikan kognisi dengan
emosi, pemikiran, hati nurani dan hal-hal mendalam dari diri kita. Yang jelas,
kecerdasan tidak mungkin hadir tanpa adanya kesadaran ini. Kesadaran bisa
dijadikan tanda hadirnya kecerdasan jika suatu mesin bisa menampilkan kualitas kecerdasan seperti manusia maka
mesin itu dikatakan memiliki conscious.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik
dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu
http://entin.lecturer.pens.ac.id/Kecerdasan%20BuatanBuku/Bab%201%20Pengenalan%20Kecerdasan%20Buatan.pdf
Al Fatta,
Hanif. (2009). Rekayasa Sistem Pengenalan Wajah. Yogyakarta: And
Tidak ada komentar:
Posting Komentar