Blogroll



Rabu, 21 Oktober 2015

KEKUASAAN


I.                   PENDAHULUAN
Kekuasaan dan taktik mempengaruhi orang lain, adalah dua hal yang sangat penting untuk diketahui oleh pemimpin atau manajer yang ingin berhasil, karena disadari atau tidak disadari olehnya, ia selalu berhubungan dengan berbagai kekuasaan serta kekuatan yang ada di dalam organisasinya, yang dapat mempengaruhi keberhasilannya dalam memimpin organisasi tersebut mencapai tujuan. Adanya kekuasaan di dalam organisasi, bisa merupakan  suatu kekuatan/kelebihan namun dapat pula merupakan suatu ancaman bagi organisasi. Dengan mengetahui sumber-sumber kekuasaan, cara-cara untuk meningkatkan atau mengurangi kekuasaan, dan taktik-taktik untuk mendapatkan kekuasaan, seorang pemimpin dapat mengendalikan kekuasaan yang ada di dalam organisasinya, sehingga dapat lebih efektif mengendalikan organisasi yang dipimpinnya.
II.                TEORI
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (MiriamBudiardjo,2002)
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
”Kekuasaan adalah kapasitas atau kemampuan untuk menghasilkan dampak atau akibat pada orang lain” (House, 1984).
”Kekuasaan adalah potensi untuk mempengaruhi orang lain” (Bass, 1990) ”Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan kemampuan untuk mengatasi (bertahan dari) pengaruh orang lain yang tidak diinginkan” (Wagner dan Hollenbeck, 2005).
”Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku oranglain, sehingga orang lain tersebut akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang memiliki kekuasaan” (Robbins dan Judge, 2007).
Dalam beberapa kasus seseorang yang memiliki kekuasaan adalah orang berkuasa. Kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Adapun Cavanaugh (dalam Tyson and Jackson,2000) mengemukakan bahwa kekuasaan adalah sebuah konsep yang multisegi yang telah dianalisis dari berbagai perspektif,sebagai karakteristik individual,sebagai pengaruh interpersonal,sebagai komoditas yang diperdagangkan,sebagai tipe penyebab,dan sebagai topik dalam mempelajari nilai dan etika.
. Sosiolog terkenal, Max Webber (dalam Luthans: 1989:429), mendefinisikan kekuasaan “The probability that one actor within a social relationship will be in a position to carry out his own will despite resistance.” Adapun Hoy dan Miskel mengemukakan bahwa kekuasaan merupakan sebuah konsep yang multisegi yang telah dianalisis dari berbagai perspektif: sebagai karakteristik individual, sebagai pengaruh interpersonal, sebagai komoditas yang diperdagangkan, sebagai tipe penyebab dan sebagai topic dalam mempelajari nilai dan etika.
     B. Sumber-sumber Kekuasaan Meenurut French & Raven
Adapun sumber kekuasaan menurut Fench & Raven ada 5 kategori, yaitu:
1.      Coercive Power (Kekuasaan Paksaan)
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintah karena takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang menyenangkan; misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus; maupun pelaksanaan hukuman seperti skors, PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya. Meskipun hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam organisasi.
2.      Reward Power (Kekuasaan Imbalan)
Kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik maupun imbalan intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang mungkin sekali akan diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi perilaku dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
3.      Legitimate Power (Kekuasaan Sah)
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tldak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
4.      Expert Power (Kekuasaan Ahli)
Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah, semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi, karena posisiyang didudukinya. Contohnya: Pasien-pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyebuhkan penyakitnya.
5.      Referent Power (Kekuasaan Rujukan)
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan-keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Marianti, Maria Merry ( Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan) Jurnal Administrasi Bisnis Vol 7, No 1 (2011) page. 45 -- 58
Publisher: Jurnal Administrasi Bisnis
Edduar Hendri  (Peranan Kekuasaan dan Politik Dalam Praktik Pengembangan Organisasi) Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 7 No. 4, Januari 2011


Rabu, 14 Oktober 2015

Mempengaruhi Perilaku



I.   PENDAHULUAN


    Sebenarnya dalam mempengaruhi perilaku orang lain adalah sulit dan tidaklah mudah, karena sebagian orang mungkin mudah kita pengaruhi namun sebagian lainnya sangat sulit juga untuk di pengaruhi. Kenapa sulit untuk mempengaruhinya? Karena kita tidak tahu dan belum tahu cara bagaimana untuk meyakinkan mereka agar bisa memiliki kesamaan dengan apa yang kita pikirkan. Perilaku merupakan hal yang berkaitan erat dengan kehidupan sosial manusia, perilaku seseorang dapat dinilai berdasarkan bagaimana ia menunjukkan sikap saat berkomunikasi dengan orang lain. Sikap yang baik akan menghaasilkan perilaku yang baik, begitupula sebaliknya.
Namun tak jarang perilaku itu sendiri berubah. Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Perubahan itu sendiri dapat merubah seseorang menjadi lebih baik, ada juga yang berubah menjadi lebih buruk. Perubahan perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal.


II.   Pengertian Pengaruh


  ·  Pengertian Pengaruh menurut Norman Barry

Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seseorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu,dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian,sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.

  ·  Pengertian Pengaruh menurut Uwe Becker

Pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang berbeda dengan kekuasaan tidak begitu terkait engan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.

  ·  Pengertian Pengaruh menurut Robert Dahl

A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.

  ·  Pengertian Pengaruh menurut Bertram Johannes Otto Schrieke

Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya.

  ·  Pengertian Pengaruh menurut Jon Miller

Pengaruh merupakan komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia.

  ·  Pengertian Pengaruh menurut Albert R.Roberts & Gilbert

Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak

memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.


III.   Kunci-kunci Perubahan Perilaku


    Kemiskinan merupakan kondisi buruk dan satu satunya persoalan yang sistematik. Sehingga perlu ada solusi sebagian bentuk perubahan masyarakat dari kondisi miskin yang tidak berdaya,menjadi berdaya. Secara definisi,masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu dengan satu individu lain dengan perilakunya.

Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari satu individu kepribadian (personality) baik. Sebagai contoh, apakah Narji Cagur yang berwajah ‘agraris’ lebih baik dibandingkan dengan Raffi Ahmad? Oleh karena itu, kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.

  Seperti yang disebutkan diatas personality itu sendiri,dan bentuk personality adalah perilaku. Artinya,bagaimana dia berpikir begitulah dia berbuat,dan sebaliknya. Sementara itu, perbuatan adalah aktualisasi kecenderungan manusia terhadap apa yang dipikirkan. Perbuatan yang lahir tidak atas idealisme seseorang bukan merupakan cerminan perbuatan yang dimaksud. Artinya, perbuatan terbentuk dari idealisme yang satu. Daya intelektual disatukan dengan perbuatan akan melahirkan idealisme sejati. Perubahan masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu,karena di dalamnya ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia.


  Pertambahan jumlah penduduk di dunia dewasa ini semakin sulit dikendalikan. Sementara itu, sumber-sumber kehidupan yang tersedia di alam semakin tipis. Dari keadaan yang demikian itulah, timbul adanya perubahan dalam kehidupanbermasyarakat.

Ada dua faktor yang mendorong terjadinya proses perubahan suatu masyarakat, diantaranya :

a.Faktor eksternal, yakni kekuatan-kekuatan yang datang dari luar
b.Faktor internal, yakni kekuatan-kekuatan yang muncul dari dalam masyarakat itusendiri

Faktor-faktor atau kekuatan lingkungan dan luar dapat mengakibatkan nilai-nilai kehidupan suatu masyarakat dapat mengalami hal-hal berikut :
a.Percepatan pergeseran, apakah nilai-nilai lama akan diganti dan dihilangkan, disempurnakan, dikombinasikan, atau dibiarkan hidup berdampingan dengan nilai-nilai baru

b.Kestatisan atau kelambatan proses pergeseran

c.Penguatan eksistensi nilai-nilai lama sehingga praktis nilai-nilai baru tidak diperlukan lagi di masyarakat


IV.   Bagaimana memperngaruhi perilaku berbagai model

Ada beberapa keterangan dalam mempengaruhi perilaku orang lain :
· Logical argument(Logos)

Pendekatan berdasarkan Logical argument merupakan penyampaian ajakan menggunakan argumentasi sebuah data-data yang ditemukan.

· Emotional Argument (Pathos)

Pendekatan berdasarkan Emotional Argument merupakan penyampaian pendekatan ajakan menggunakan efek emosi positif dan negatif.

· Argument Based on Credibility(Ethos)

Teknik pendekatan seperti ini biasanya merupakan ajakan atau arahan yang akan diikuti oleh komunikate atau audiens,karena komukiator merupakan kredibilitas sebagai pakar dalam bidang tersebut.


Adapun beberapa cara lain untuk mempengaruhi perilaku orang lain:
1. Ingratiation : suatu teknik untuk memperoleh kesepakatan dimana pemohon pertama mengusahakan agar target menyukai mereka, kemudian berusaha untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.
2. Teknik“that’s-not-all” :Suatu teknik untuk memperoleh kesepakatan dimana pemohon menawarkan keuntungan tambahan kepada orang-orang yang menjadi target, sebelum mereka memutuskan apakah mereka hendak menuruti atau menolak permintaan spesifik yang diajukan.  
3. Jual mahal : Suatu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesepakatan dengan memberikan kesan bahwa seseorang atau suatu objek adalah langka dan sulit diperoleh.
4. Teknik deadline : Suatu teknik untuk meningkatkan kesepakatan di mana orang yang menjadi target diberitahu bahwa mereka memiliki waktu yang terbatas untuk mengambil keuntungan dari beberapa tawaran atau untuk memperoleh suatu barang.
5. Teknik pique : suatu teknik untuk memperoleh kesepakatan di mana minat orang yang menjadi target di-pique (distimulasi) oleh permintaan yang tidak umum. Sebagai akibatnya, mereka tidak menolak permintaan secara otomatis, seperti yang sering terjadi.  
6. Teknik foot-in-the-door : Suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan di mana pemohon memulai dengan permintaan yang kecil dan kemudian, ketika permintaan ini disetujui, meningkat kepermintaan yang lebih besar (yang memang mereka inginkan dari sejak awal).
7. Teknik Lowball : Suatu teknik untuk memperoleh kesepakatan dimana suatu penawaran atau persetujuan diubah (menjadi lebih tidak menarik) setelah orang yang menjadi target menerimanya.]
8. Teknik door-in the-face : Suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan dimana pemohon memulai dengan permintaan yang besar dan kemudian, ketika permintaan ini di tolak, mundur kepermintaan yang lebih kecil (yang memang diinginkan dari sejak awal)


V.   WEWENANG
        
       Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena memerlukan pengakuan masyarakat,maka di dalam suatu masyarakat yang susunannya sudah kompleks dan sudah mengenal pembagian kerja yang terinci,wewenang biasanya terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara menggunakan kekuasaan itu. Pengertian wewenang timbul pada waktu masyarakat mulai mengatur pembagian kekuasaan dan menentukan penggunaannya. Akan tetapi,tidak ada suatu masyarakat pun di dalam sejarah manusia yang berhasil dengan sadar mengatur setiap setiap macam kekuasaan yang ada di dalam masyarakat itu menjadi wewenang. Selain itu,tidak mungkin setiap macam kekuasaan yang ada dirangkum dalam suatu peraturan dan sebenarnya hal itu juga tidak akan menguntungkan bagi masyarakat.
      Apabila setiap macam kekuasaa menjelma menjadi wewenang,susunan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku karena tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi di dalam masyarakat. Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan kekuasaan yang nyata.
      Wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan,menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Dengan kata lain, seseorang akan mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing orang banyak. Apabila orang membicarakan tentang wewenang,maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Tekanannya adalah pada hak, dan bukan pada kekuasaan.Wewenang hanya mengalami perubahan dalam bentuk, yaitu sebagai berikut.
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional, dan Rasional (Legal)

Perbedaan antara wewenang kharismatis,tradisional,dan rasional(legal) dikemukakan oleh Max Weber. Di dalam membicarakan ketiga bentuk wewenang tadi, Max Weber memerhatikam sifat adsar wewenang tersebut karena itulah yang menentukan kedudukan penguasa yang mempunyai wewenang tersebut. Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma,yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu,pulung) yang ada pada diri seseorang.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi

Di dalam setiap masyarakat akan dapat dijumpai aneka macam bentuk kelompok. Dalam kehidupan kelompok-kelompok tadi sering kali timbul masalah tentang derajat resmi suatu wewenang yang berlaku di dalamnya. Sering kali wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut sebagai wewenang tidak resmi karena bersifat spontan.

3. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari sifat dan dasar kelompok-kelompok sosial tertentu. Kelompok-kelompok tersebut mungkin akan timbul karena faktor ikatan darah,atau mungkin juga karena faktor ikatan tempat-tinggal, atau karena gabungan kedua faktor tersebut.

4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh

Suatu dimensi lain dari wewenang adalah pembeaan antara wewenang terbatas dengan wewenang menyeluruh. Apabila dibicarakan tentang wewenang terbatas,maksudnya adalah wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan,tetapi hanya terbatas pada salah satu faktpr atau bidang saja. Misalnya,seorang jaksa di Indonesia,mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana.


VI.   SUMBER


·  Soekanto, Soerdjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafido Persada.

·  Mayasari Hesti. Analisis Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone) Antara Kebutuhan dan Gaya Hidup Konsumen di Kota Padang. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.3.No 1. 2012.

A. Baron, Robert. (2005). Social Psychology. Jakarta : Erlangga

Selasa, 06 Oktober 2015

Komunikasi

I.     PENDAHULUAN

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi itu penting, semua orang tahu, karena ini merupakan basic instinct dari setiap makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara komunikasi masing-masing, setiap manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan komunikasi. Kita tak bisa membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun agama karena pada dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu asal dilakukan dengan baik dan benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa sentimen dan perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat diterima.

II.   TEORI

1.   Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 ), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding).
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
2.   Teori Agenda Setting
Teori Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat
3.   Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007):
(1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan
(2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan
(3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan
(4) berbagai percampuran personal individu, dan
(5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan
(6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan
(7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan
(8) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi
(9) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula
(10) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
4.   Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
5.   Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.


A.   Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. 
Komunikasi juga merupakan penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli:
1.              Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 20, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.) (Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , 2005, hal 62, Dedy Mulyana)
2.              Rogers & D. Lawrence Kincaid, 1981, Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 20, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.)
3.              Shannon & Weaver, 1949, Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 20, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.)
4.              David K. Berlo, 1965 Ilmu pengantar komunikasi Komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam memciptakan keseimbangan dengan masyarakat. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 3, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.)
5.              Harorl D. Lasswell, 1960. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 19, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.) (Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , 2005, hal 69, Dedy Mulyana)

                   Komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu:

     1.      Komunikasi internal.

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder. Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dan lain-lain kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Dan pengertian komunikasi horizontal atau lateral adalah komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah.

      2.      Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang  dianggap sangat penting saja.

Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

A.
    Komunikasi dari organisasi kepada khalayak.
Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
      B.     Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

    B.   Dimensi Komunikasi.

Dimensi-dimensi komunikasi meliputi dibawah ini :
1.     Isi
Isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih.
2.     Kebisingan
Kebisingan adalah tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi.
3.     Jaringan
Jaringan adalah sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukan komunikasi. Diantaranya ada komunikasi yang bergantung  pada (jaringan satelit).
4.     Arah
Komunikasi terdiri dari 2 macam arah yaitu :
a.  komunikasi satu arah adalah hanya ada satu orang berbicara menyampaikan infomasi untuk satu orang atau lebih contohnya promosi produk tertentu atau guru dikelas.
b. Komunikasi 2 arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi satu orang atau lebih juga ikut berbicara sehingga terciptanya interaksi untuk menyampaikan beberapa informasi



SUMBER
West,Richard, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Jakarta : Salemba Humanika, 2008.
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Wiasarana Indonesia, 2005
Abu, Ahmadi, Psikologi umum, Edisi Revisi 2009.